-
Identifikasi Masalah
Kampus
Universitas Haluoleo (Unhalu) menggambarkan miniatur kehidupan masyarakat
Sulawesi Tenggara secara umum yang terdiri dari bermacam suku atau etnik.
Mahasiswa yang berasal dari etnik Buton, Muna, Moronene, dan Tolaki serta etnik
pendatang lainnya seperti Bugis, Ambon, Bali dan Jawa hidup berdampingan di
lingkungan kampus Unhalu. Kondisi keberagaman tersebut sangat memungkinkan
untuk terjadinya konflik antaretnik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat
termasuk mahasiswa. Kampus sebagai tempat peradaban yang multikultural atau
multietnik juga berpotensi melahirkan konflik antaretnik (GPA, 2009).
Kasus-kasus kekerasan, perkelahian antarkelompok mahasiswa,
baik yang terjadi dalam lingkungan kampus maupun yang terjadi di luar kampus,
hampir setiap kejadian merupakan konflik yang bernuansa etnik. Salah satu kasus
konflik antarkelompok mahasiswa Unhalu yang terjadi pada tahun 2008
adalah perkelahian menggunakan benda tajam seperti pedang, samurai, dan panah
antar mahasiswa Unhalu yaitu mahasiswa FISIP dan FKIP yang mengakibatkan satu
orang terkena anak panah. Penyerangan ini merupakan buntut dari kekerasan
antarkelompok di luar kampus beberapa hari sebelumnya yang bernuansa etnik.
Sebelumnya, aksi serupa juga terjadi seminggu sebelumnya yang menyebabkan empat
korban harus dirawat intensif di rumah sakit. (Kendari Pos, Senin, 30 Juni
2008).
Selama sejarah Nusantara, etnik-etnik di Indonesia
mempertahankan identitas masing-masing, selain karena tempat-tempat yang
terpisah secara geografis, juga karena adanya pengaruh berbagai faktor sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam bahasa psikologi sosial,
etnik-etnik yang terpisah secara geografis dan sosial budaya yang berbeda,
mempunyai dan mengembangkan pengalaman psikologis masing-masing, yang pada
gilirannya menghasilkan identitas etnik masing-masing juga. Keterikatan pada
identitas etnik akan menimbulkan saling prasangka antaretnik yang bisa
menghambat proses akulturasi bangsa (Sarwono, 2007, h.31).
-
Sebab
Akibat
Ada beberapa
faktor yang menjadi pemicu konflik kampus Unhalu:
Faktor Politik
Model
konflk ini sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru, karena kejadian seperti ini
merupakan sebuah pengulangan peristiwa. Saya melihat ada kelompok tertentu yang
ingin merebut posisi-posisi tertentu, baik dalam proses politik maupun dalam
posisi jabatan birokrasi. Dalam perebutan kekuasaan ini yang umum terjadi
adalah dengan membangkitkan sifat primordialisme kedaerahan.
periode-periode
sebelumnya isu etnis ini sudah sering di lontarkan. Sehingga isu konflik etnis
ini sepertinya sengaja dipelihara dan akan dihembuskan ketika ada kelompok
tertentu yang memiliki kepentingan politik tertentu. Baik menyangkut persoalan
politik sultra secara umum maupun menyangkut persoalan politik internal Unhalu.
Dalam proses politik semacam ini manusia memiliki kesadaran dan kemampuan untuk
mengkalkulasi konflik. Manusia menggunakan menggunakan konflik untuk menghadapi
kompetisi politik menang kalah.
Faktor Kepentingan.
Setiap
orang memiliki kepentingan yang tidak sama. Hal ini sangat ditentukan oleh visi
hidup masing-masing individu. Perbedaan pandangan hidup ini akan berimpilkasi
pada karakter yang mengantar mereka untuk mengejar sumber daya yang akan
mendekatkan pada tujuan-tujuan mereka. Dan perjuangan dalam merebut kepentingan
dan ini seringkali bertabrakan dengan kepentingan pihak lain yang kemudian
menjadi konflik.
Faktor Primordial Sempit
Faktor pemicu primordial ini menurut
kami bahwa kekacauan di Kampus unhalu dikarenakan oleh pengaruh primordialisme
sempit. Selain itu ada ego suku yang ingin dikatakan besar dan kuasa ketika
mereka berhasil merebut posisi-posisi strategis dalam kampus. Persoalan siapa
yang menguasai kampus, baik posisi rektor, Senat mahasiswa dan lain sebagainya
selalu dipersepsikan dengan etnis tertentu dan ini yang terjadi selama ini.
Dominasi Etnis Atas Etnis
Tertentu
Konflik juga bisa disebabkan oleh dominasi kelompok etnis tertentu atas etnis yang lain, dominasi ini sering dipersepsikan secara negatif oleh etnis yang lain. Daerah yang struktur sosialnya terdiri atas multi etnis sistim dominasi ini sering terjadi. Dominasi ini tidak lepas dari fakta hubungan kekuasaan dalam sistem sosial, dan sifat kekuasaan adalah mendominasi dan diperebutkan. Fakta ini sering menciptakan masalah yang selalu muncul. Pada kondisi dominasi struktural, kelompok yang berada dalam struktur dengan berbagai perangkat wewenang mampu mengarahkan berbagai bentuk kebijakan pada pada orang lain di luar struktur .
Kegiatan, Output, Outcame
Kegiatan
: sosialisasi, koordinasi dengan pihak kepolisian untuk razia, pendidikan
karakter, dan lomba karya daerah
Outpot : 1. Terciptanya tali silahtuhrahmi antar
mahasiswa
2. Terbentuknya karakter moral mahasiswa baru sejak dini
3. Menumbuhkan
kesadaran kepada mahasiswa untuk
menghindari sikap etnosentrisme
Dampak : meminimalisir kekacauan
Hasil : kampus aman terkendali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentarnya