Beranda

Rabu, 24 April 2013

Mewujudkan kampus UNHALU yang Bermartabat, Berbudaya dan Berdaya Saing



-                      Identifikasi Masalah
Kampus Universitas Haluoleo (Unhalu) menggambarkan miniatur kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara secara umum yang terdiri dari bermacam suku atau etnik. Mahasiswa yang berasal dari etnik Buton, Muna, Moronene, dan Tolaki serta etnik pendatang lainnya seperti Bugis, Ambon, Bali dan Jawa hidup berdampingan di lingkungan kampus Unhalu. Kondisi keberagaman tersebut sangat memungkinkan untuk terjadinya konflik antaretnik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk mahasiswa. Kampus sebagai tempat peradaban yang multikultural atau multietnik juga berpotensi melahirkan konflik antaretnik (GPA, 2009).
Kasus-kasus kekerasan, perkelahian antarkelompok mahasiswa, baik yang terjadi dalam lingkungan kampus maupun yang terjadi di luar kampus, hampir setiap kejadian merupakan konflik yang bernuansa etnik. Salah satu kasus konflik antarkelompok mahasiswa Unhalu yang terjadi pada tahun 2008 adalah perkelahian menggunakan benda tajam seperti pedang, samurai, dan panah antar mahasiswa Unhalu yaitu mahasiswa FISIP dan FKIP yang mengakibatkan satu orang terkena anak panah. Penyerangan ini merupakan buntut dari kekerasan antarkelompok di luar kampus beberapa hari sebelumnya yang bernuansa etnik. Sebelumnya, aksi serupa juga terjadi seminggu sebelumnya yang menyebabkan empat korban harus dirawat intensif di rumah sakit. (Kendari Pos, Senin, 30 Juni 2008).

Selama sejarah Nusantara, etnik-etnik di Indonesia mempertahankan identitas masing-masing, selain karena tempat-tempat yang terpisah secara geografis, juga karena adanya pengaruh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam bahasa psikologi sosial, etnik-etnik yang terpisah secara geografis dan sosial budaya yang berbeda, mempunyai dan mengembangkan pengalaman psikologis masing-masing, yang pada gilirannya menghasilkan identitas etnik masing-masing juga. Keterikatan pada identitas etnik akan menimbulkan saling prasangka antaretnik yang bisa menghambat proses akulturasi bangsa (Sarwono, 2007, h.31).

-                      Sebab Akibat
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu konflik kampus Unhalu:
             Faktor Politik
Model konflk ini sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru, karena kejadian seperti ini merupakan sebuah pengulangan peristiwa. Saya melihat ada kelompok tertentu yang ingin merebut posisi-posisi tertentu, baik dalam proses politik maupun dalam posisi jabatan birokrasi. Dalam perebutan kekuasaan ini yang umum terjadi adalah dengan membangkitkan sifat primordialisme kedaerahan.
periode-periode sebelumnya isu etnis ini sudah sering di lontarkan. Sehingga isu konflik etnis ini sepertinya sengaja dipelihara dan akan dihembuskan ketika ada kelompok tertentu yang memiliki kepentingan politik tertentu. Baik menyangkut persoalan politik sultra secara umum maupun menyangkut persoalan politik internal Unhalu. Dalam proses politik semacam ini manusia memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengkalkulasi konflik. Manusia menggunakan menggunakan konflik untuk menghadapi kompetisi politik menang kalah.

            Faktor Kepentingan.
Setiap orang memiliki kepentingan yang tidak sama. Hal ini sangat ditentukan oleh visi hidup masing-masing individu. Perbedaan pandangan hidup ini akan berimpilkasi pada karakter yang mengantar mereka untuk mengejar sumber daya yang akan mendekatkan pada tujuan-tujuan mereka. Dan perjuangan dalam merebut kepentingan dan ini seringkali bertabrakan dengan kepentingan pihak lain yang kemudian menjadi konflik.

           Faktor Primordial Sempit
           Faktor pemicu primordial ini menurut kami bahwa kekacauan di Kampus unhalu dikarenakan oleh pengaruh primordialisme sempit. Selain itu ada ego suku yang ingin dikatakan besar dan kuasa ketika mereka berhasil merebut posisi-posisi strategis dalam kampus. Persoalan siapa yang menguasai kampus, baik posisi rektor, Senat mahasiswa dan lain sebagainya selalu dipersepsikan dengan etnis tertentu dan ini yang terjadi selama ini.


           Dominasi Etnis Atas Etnis Tertentu


Konflik juga bisa disebabkan oleh dominasi kelompok etnis tertentu atas etnis yang lain, dominasi ini sering dipersepsikan secara negatif oleh etnis yang lain. Daerah yang struktur sosialnya terdiri atas multi etnis sistim dominasi ini sering terjadi. Dominasi ini tidak lepas dari fakta hubungan kekuasaan dalam sistem sosial, dan sifat kekuasaan adalah mendominasi dan diperebutkan. Fakta ini sering menciptakan masalah yang selalu muncul. Pada kondisi dominasi struktural, kelompok yang berada dalam struktur dengan berbagai perangkat wewenang mampu mengarahkan berbagai bentuk kebijakan pada pada orang lain di luar struktur .




Kegiatan, Output, Outcame
Kegiatan : sosialisasi, koordinasi dengan pihak kepolisian untuk razia, pendidikan karakter, dan lomba karya daerah
Outpot    :     1. Terciptanya tali silahtuhrahmi antar mahasiswa
2.   Terbentuknya  karakter moral mahasiswa baru sejak dini
3.   Menumbuhkan kesadaran  kepada mahasiswa untuk menghindari sikap              etnosentrisme
 Dampak :  meminimalisir kekacauan
  Hasil     :  kampus aman terkendali







  
                     
                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentarnya